• Beruntunglah seseorang yang menyakini akan datangnya fajar setelah gelapnya malam, berharap muncul pelangi setelah derasnya hujan, maka berharaplah dan jangan mudah putus asa akan rahmat dan petunjukNYA. semoga Alloh menebar benih-benih keoptimisan dalam dada ukhti agar berbuah keoptimalan dalam beramal. Inna wa’da 4JJ1 haqqun:sesungguhnya sesudah kesulitan akan ada kemudahan….InsyaAllah.

contoh khutbah jumat


إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ
سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛

فَإِنْ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia!

Pada kesempatan Jum’at ini, marilah kita merenungkan salah satu firman Allah dalam surat Al-‘Ankabut ayat 2 dan 3:

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa salah satu konsekuensi pernyataan iman kita, adalah kita harus siap menghadapi ujian yang diberikan Allah Subhannahu wa Ta’ala kepada kita, untuk membuktikan sejauh mana kebenaran dan kesungguhan kita dalam menyatakan iman, apakah iman kita itu betul-betul bersumber dari keyakinan dan kemantapan hati, atau sekedar ikut-ikutan serta tidak tahu arah dan tujuan, atau pernyataan iman kita didorong oleh kepentingan sesaat, ingin mendapatkan kemenangan dan tidak mau menghadapi kesulitan seperti yang digambarkan Allah Subhannahu wa Ta’ala dalam surat Al-Ankabut ayat 10:

Dan di antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: “Sesungguh-nya kami adalah besertamu.” Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia”?

Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia!

Bila kita sudah menyatakan iman dan kita mengharapkan manisnya buah iman yang kita miliki yaitu Surga sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah Subhannahu wa Ta’ala :

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah Surga Firdaus menjadi tempat tinggal. (Al-Kahfi 107).

Maka marilah kita bersiap-siap untuk menghadapi ujian berat yang akan diberikan Allah kepada kita, dan bersabarlah kala ujian itu datang kepada kita. Allah memberikan sindiran kepada kita, yang ingin masuk Surga tanpa melewati ujian yang berat.

Apakah kalian mengira akan masuk Surga sedangkan belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan keseng-saraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersama-nya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguh-nya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al-Baqarah 214).

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam mengisahkan betapa beratnya perjuangan orang-orang dulu dalam perjuangan mereka mempertahankan iman mereka, sebagaimana dituturkan kepada shahabat Khabbab Ibnul Arats Radhiallaahu anhu.

لَقَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ لَيُمْشَطُ بِمِشَاطِ الْحَدِيْدِ مَا دُوْنَ عِظَامِهِ مِنْ لَحْمٍ أَوْ عَصَبٍ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ وَيُوْضَعُ الْمِنْشَارُ عَلَى مِفْرَقِ رَأْسِهِ فَيَشُقُّ بِاثْنَيْنِ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ. (رواه البخاري).

… Sungguh telah terjadi kepada orang-orang sebelum kalian, ada yang di sisir dengan sisir besi (sehingga) terkelupas daging dari tulang-tulangnya, akan tetapi itu tidak memalingkannya dari agamanya, dan ada pula yang diletakkan di atas kepalanya gergaji sampai terbelah dua, namun itu tidak memalingkannya dari agamanya… (HR. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari, cet. Dar Ar-Royyan, Juz 7 hal. 202).

Cobalah kita renungkan, apa yang telah kita lakukan untuk membuktikan keimanan kita? cobaan apa yang telah kita alami dalam mempertahankan iman kita? Apa yang telah kita korbankan untuk memperjuangkan aqidah dan iman kita? Bila kita memper-hatikan perjuangan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam dan orang-orang terdahulu dalam mempertahankan iman mereka, dan betapa pengorbanan mereka dalam memperjuangkan iman mereka, mereka rela mengorbankan harta mereka, tenaga mereka, pikiran mereka, bahkan nyawapun mereka korbankan untuk itu. Rasanya iman kita ini belum seberapanya atau bahkan tidak ada artinya bila dibandingkan dengan iman mereka. Apakah kita tidak malu meminta balasan yang besar dari Allah sementara pengorbanan kita sedikit pun belum ada?

Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah!

Ujian yang diberikan oleh Allah kepada manusia adalah berbeda-beda.

Dan ujian dari Allah bermacam-macam bentuknya, setidak-nya ada empat macam ujian yang telah dialami oleh para pendahulu kita:

Yang pertama: Ujian yang berbentuk perintah untuk dilaksanakan, seperti perintah Allah kepada Nabi Ibrahim Alaihissalam untuk menyembelih putranya yang sangat ia cintai. Ini adalah satu perintah yang betul-betul berat dan mungkin tidak masuk akal, bagaimana seorang bapak harus menyembelih anaknya yang sangat dicintai, padahal anaknya itu tidak melakukan kesalahan apapun. Sungguh ini ujian yang sangat berat sehingga Allah sendiri mengatakan:

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (Ash-Shaffat 106).

Dan di sini kita melihat bagaimana kualitas iman Nabi Ibrahim Alaihissalam yang benar-benar sudah tahan uji, sehingga dengan segala ketabahan dan kesabarannya perintah yang sangat berat itupun dijalankan.

Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim Shallallaahu alaihi wa salam dan puteranya adalah pelajaran yang sangat berat itupun dijalankannya.

Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan puteranya adalah pelajaran yang sangat berharga bagi kita, dan sangat perlu kita tauladani, karena sebagaimana kita rasakan dalam kehidupan kita, banyak sekali perintah Allah yang dianggap berat bagi kita, dan dengan berbagai alasan kita berusaha untuk tidak melaksanakannya. Sebagai contoh, Allah telah memerintahkan kepada para wanita Muslimah untuk mengenakan jilbab (pakaian yang menutup seluruh aurat) secara tegas untuk membedakan antara wanita Muslimah dan wanita musyrikah sebagaimana firmanNya:

Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mumin” “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab, 59).

Namun kita lihat sekarang masih banyak wanita Muslimah di Indonesia khususnya tidak mau memakai jilbab dengan berbagai alasan, ada yang menganggap kampungan, tidak modis, atau beranggapan bahwa jilbab adalah bagian dari budaya bangsa Arab. Ini pertanda bahwa iman mereka belum lulus ujian. Padahal Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam memberikan ancaman kepada para wanita yang tidak mau memakai jilbab dalam sabdanya:

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا؛ قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا. (رواه مسلم).

“Dua golongan dari ahli Neraka yang belum aku lihat, satu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, yang dengan cambuk itu mereka memukul manusia, dan wanita yang memakai baju tetapi telanjang berlenggak-lenggok menarik perhatian, kepala-kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium wanginya”. (HR. Muslim, Shahih Muslim dengan Syarh An-Nawawi cet. Dar Ar-Rayyan, juz 14 hal. 109-110).

Yang kedua: Ujian yang berbentuk larangan untuk ditinggalkan seperti halnya yang terjadi pada Nabi Yusuf Alaihissalam yang diuji dengan seorang perempuan cantik, istri seorang pembesar di Mesir yang mengajaknya berzina, dan kesempatan itu sudah sangat terbuka, ketika keduanya sudah tinggal berdua di rumah dan si perempuan itu telah mengunci seluruh pintu rumah. Namun Nabi Yusuf Alaihissalam membuktikan kualitas imannya, ia berhasil meloloskan diri dari godaan perempuan itu, padahal sebagaimana pemuda umumnya ia mempunyai hasrat kepada wanita. Ini artinya ia telah lulus dari ujian atas imannya.

Sikap Nabi Yusuf Alaihissalam ini perlu kita ikuti, terutama oleh para pemuda Muslim di zaman sekarang, di saat pintu-pintu kemaksiatan terbuka lebar, pelacuran merebak di mana-mana, minuman keras dan obat-obat terlarang sudah merambah berbagai lapisan masyarakat, sampai-sampai anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar pun sudah ada yang kecanduan. Perzinahan sudah seakan menjadi barang biasa bagi para pemuda, sehingga tak heran bila menurut sebuah penelitian, bahwa di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya enam dari sepuluh remaja putri sudah tidak perawan lagi. Di antara akibatnya setiap tahun sekitar dua juta bayi dibunuh dengan cara aborsi, atau dibunuh beberapa saat setelah si bayi lahir. Keadaan seperti itu diperparah dengan semakin banyaknya media cetak yang berlomba-lomba memamerkan aurat wanita, juga media elektronik dengan acara-acara yang sengaja dirancang untuk membangkitkan gairah seksual para remaja. Pada saat seperti inilah sikap Nabi Yusuf Alaihissalam perlu ditanamkan dalam dada para pemuda Muslim. Para pemuda Muslim harus selalu siap siaga menghadapi godaan demi godaan yang akan menjerumuskan dirinya ke jurang kemaksiatan. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam telah menjanjikan kepada siapa saja yang menolak ajakan untuk berbuat maksiat, ia akan diberi perlindungan di hari Kiamat nanti sebagaimana sabdanya:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ … وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ … (متفق عليه).

“Tujuh (orang yang akan dilindungi Allah dalam lindungan-Nya pada hari tidak ada perlindungan selain perlindunganNya, .. dan seorang laki-laki yang diajak oleh seorang perempuan terhormat dan cantik, lalu ia berkata aku takut kepada Allah…” (HR. Al-Bukhari Muslim, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari cet. Daar Ar-Rayyan, juz 3 hal. 344 dan Shahih Muslim dengan Syarh An-Nawawi cet. Dar Ar-Rayaan, juz 7 hal. 120-121).

Yang ketiga: Ujian yang berbentuk musibah seperti terkena penyakit, ditinggalkan orang yang dicintai dan sebagainya. Sebagai contoh, Nabi Ayyub Alaihissalam yang diuji oleh Allah dengan penyakit yang sangat buruk sehingga tidak ada sebesar lubang jarum pun dalam badannya yang selamat dari penyakit itu selain hatinya, seluruh hartanya telah habis tidak tersisa sedikitpun untuk biaya pengobatan penyakitnya dan untuk nafkah dirinya, seluruh kerabatnya meninggalkannya, tinggal ia dan isterinya yang setia menemaninya dan mencarikan nafkah untuknya. Musibah ini berjalan selama delapan belas tahun, sampai pada saat yang sangat sulit sekali baginya ia memelas sambil berdo’a kepada Allah:

“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayuub ketika ia menyeru Tuhan-nya;” Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan”. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4 hal. 51).

Dan ketika itu Allah memerintahkan Nabi Ayyub Alaihissalam untuk menghantamkan kakinya ke tanah, kemudian keluarlah mata air dan Allah menyuruhnya untuk meminum dari air itu, maka hilanglah seluruh penyakit yang ada di bagian dalam dan luar tubuhnya. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4 hal. 52). Begitulah ujian Allah kepada NabiNya, masa delapan belas tahun ditinggalkan oleh sanak saudara merupakan perjalanan hidup yang sangat berat, namun di sini Nabi Ayub Alaihissalam membuktikan ketangguhan imannya, tidak sedikitpun ia merasa menderita dan tidak terbetik pada dirinya untuk menanggalkan imannya. Iman seperti ini jelas tidak dimiliki oleh banyak saudara kita yang tega menjual iman dan menukar aqidahnya dengan sekantong beras dan sebungkus sarimi, karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup yang mungkin tidak seberapa bila dibandingkan dengan apa yang dialami oleh Nabi Ayyub Alaihissalam ini.

Sidang jamaah rahima kumullah

Yang keempat: Ujian lewat tangan orang-orang kafir dan orang-orang yang tidak menyenangi Islam. Apa yang dialami oleh Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa salam dan para sahabatnya terutama ketika masih berada di Mekkah kiranya cukup menjadi pelajaran bagi kita, betapa keimanan itu diuji dengan berbagai cobaan berat yang menuntut pengorbanan harta benda bahkan nyawa. Di antaranya apa yang dialami oleh Rasulullah n di akhir tahun ketujuh kenabian, ketika orang-orang Quraisy bersepakat untuk memutuskan hubungan apapun dengan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam beserta Bani Abdul Muththolib dan Bani Hasyim yang melindunginya, kecuali jika kedua suku itu bersedia menyerahkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam untuk dibunuh. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam bersama orang-orang yang membelanya terkurung selama tiga tahun, mereka mengalami kelaparan dan penderitaan yang hebat. (DR. Akram Dhiya Al-‘Umari, As-Sirah An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, Juz 1 hal. 182).

Juga apa yang dialami oleh para shahabat tidak kalah beratnya, seperti apa yang dialami oleh Yasir z dan istrinya Sumayyah dua orang pertama yang meninggal di jalan dakwah selama periode Mekkah. Juga Bilal Ibnu Rabah Radhiallaahu anhu yang dipaksa memakai baju besi kemudian dijemur di padang pasir di bawah sengatan matahari, kemudian diarak oleh anak-anak kecil mengelilingi kota Mekkah dan Bilal Radhiallaahu anhu hanya mengucapkan “Ahad, Ahad” (DR. Akram Dhiya Al-Umari, As-Siroh An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, Juz 1 hal. 154-155).

Dan masih banyak kisah-kisah lain yang menunjukkan betapa pengorbanan dan penderitaan mereka dalam perjuangan mempertahankan iman mereka. Namun penderitaan itu tidak sedikit pun mengendorkan semangat Rasulullah dan para shahabatnya untuk terus berdakwah dan menyebarkan Islam.

Musibah yang dialami oleh saudara-saudara kita umat Islam di berbagai tempat sekarang akibat kedengkian orang-orang kafir, adalah ujian dari Allah kepada umat Islam di sana, sekaligus sebagai pelajaran berharga bagi umat Islam di daerah-daerah lain. Umat Islam di Indonesia khususnya sedang diuji sejauh mana ketahanan iman mereka menghadapi serangan orang-orang yang membenci Islam dan kaum Muslimin. Sungguh menyakitkan memang di satu negeri yang mayoritas penduduknya Muslim terjadi pembantaian terhadap kaum Muslimin, sekian ribu nyawa telah melayang, bukan karena mereka memberontak pemerintah atau menyerang pemeluk agama lain, tapi hanya karena mereka mengatakan: ( Laa ilaaha illallaahu ) لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ, tidak jauh berbeda dengan apa yang dikisahkan Allah dalam surat Al-Buruj ayat 4 sampai 8:

“Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang Mukmin itu melainkan karena orang-orang Mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”.

Peristiwa seperti inipun mungkin akan terulang kembali selama dunia ini masih tegak, selama pertarungan haq dan bathil belum berakhir, sampai pada saat yang telah ditentukan oleh Allah.

Kita berdo’a mudah-mudahan saudara-saudara kita yang gugur dalam mempertahankan aqidah dan iman mereka, dicatat sebagai para syuhada di sisi Allah. Amin. Dan semoga umat Islam yang berada di daerah lain, bisa mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa, sehingga mereka tidak lengah menghadapi orang-orang kafir dan selalu berpegang teguh kepada ajaran Allah serta selalu siap sedia untuk berkorban dalam mempertahankan dan meninggikannya, karena dengan demikianlah pertolongan Allah akan datang kepada kita, firman Allah.

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Muhammad: 7).

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.

Hadirin jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah!

Sebagai orang-orang yang telah menyatakan iman, kita harus mempersiapkan diri untuk menerima ujian dari Allah, serta kita harus yaqin bahwa ujian dari Allah itu adalah satu tanda kecintaan Allah kepada kita, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam :

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ. (رواه الترمذي، وقال هذا حديث حسن غريب من هذا الوجه).

“Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan (ujian), Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai satu kaum Ia akan menguji mereka, maka barangsiapa ridha baginyalah keridhaan Allah, dan barangsiapa marah baginyalah kemarahan Allah”. (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata hadits ini hasan gharib dari sanad ini, Sunan At-Timidzy cet. Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, juz 4 hal. 519).

Mudah-mudahan kita semua diberikan ketabahan dan kesabaran oleh Allah dalam menghadapi ujian yang akan diberikan olehNya kepada kita. Amin.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ.

رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ.

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ اْلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ.

اَللَّهُمَ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ فِيْنَا وَلاَ يَرْحَمُنَا.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

contoh khutbah jumat

BER BUAT BAIK KEPADA IBU DAN BAPAK

QS. Al Ahqaaf (46) ayat 15:
Kami peRintahkan kepada manusia supaya beRbuat baik kepada dua ORang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahiRkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umuRnya sampai empat puluh tahun ia beRdOa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuRi nikmat Engkau yang telah Engkau beRikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat beRbuat amal yang saleh yang Engkau Ridhai; beRilah kebaikan kepadaku dengan (membeRi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku beRtaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku teRmasuk ORang-ORang yang beRseRah diRi."

QS. Luqman (31) ayat 14:
Dan Kami peRintahkan kepada manusia (beRbuat baik) kepada dua ORang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang beRtambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . BeRsyukuRlah kepadaKu dan kepada dua ORang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

QS. Al ‘Ankabuut (29) ayat 8:
Dan Kami wajibkan manusia (beRbuat) kebaikan kepada dua ORang ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempeRsekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabaRkan kepadamu apa yang telah kamu keRjakan.

QS. Al IsRaa’ (17) ayat 23-24:
Dan Tuhanmu telah memeRintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu beRbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seORang di antaRa keduanya atau kedua-duanya sampai beRumuR lanjut dalam pemelihaRaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya peRkataan "ah" dan janganlah kamu membentak meReka dan ucapkanlah kepada meReka peRkataan yang mulia. Dan Rendahkanlah diRimu teRhadap meReka beRdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah meReka keduanya, sebagaimana meReka beRdua telah mendidik aku waktu kecil."

QS. Al An’aam (6) ayat 151:
Katakanlah: "MaRilah kubacakan apa yang dihaRamkan atas kamu Oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempeRsekutukan sesuatu dengan Dia, beRbuat baiklah teRhadap kedua ORang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu kaRena takut kemiskinan, Kami akan membeRi Rezki kepadamu dan kepada meReka, dan janganlah kamu mendekati peRbuatan-peRbuatan yang keji, baik yang nampak di antaRanya maupun yang teRsembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang dihaRamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benaR." Demikian itu yang dipeRintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).

QS. An Nisaa’ (4) ayat 36:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempeRsekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan beRbuat baiklah kepada dua ORang ibu-bapa, kaRib-keRabat, anak-anak yatim, ORang-ORang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai ORang-ORang yang sOmbOng dan membangga-banggakan diRi.


Ridha Allah tergantung ridha orang tua, dan murka Allah tergantung murka orang tua." (HR. Bukhari).

Rasulullah SAW, “Dua perbuatan dosa yang Allah cepatkan adzabnya (siksanya) di dunia yaitu berbuat zalim dan durhaka pada orang tua." (HR Hakim).


[Bakti Kepada ORang Tua]
http://muslimah.or.id/nasihat-untuk-muslimah/bakti-kepada-orang-tua.html

  • Ada lima kRiteRia yang menunjukkan bentuk bakti seORang anak kepada kedua ORang tuanya.
    PeRtama, tidak ada kOmentaR yang tidak mengenakkan dikaRenakan melihat atau teRcium daRi kedua ORang tua kita sesuatu yang tidak enak. Akan tetapi memilih untuk tetap beRsabaR dan beRhaRap pahala kepada Allah dengan hal teRsebut.
    Kedua, tidak menyusahkan kedua ORang tua dengan ucapan yang menyakitkan.
    Ketiga, mengucapkan ucapan yang lemah lembut kepada keduanya diiRingi dengan sikap sOpan santun yang menunjukkan penghORmatan kepada keduanya.
    Keempat, beRdOa memOhOn kepada Allah agaR Allah menyayangi keduanya sebagai balasan kasih sayang keduanya teRhadap kita.
    Kelima, beRsikap tawadhu’ dan meRendahkan diRi kepada keduanya, dengan menaati keduanya selama tidak memeRintahkan kemaksiatan kepada Allah seRta sangat beRkeinginan untuk membeRikan apa yang diminta Oleh keduanya sebagai wujud kasih sayang seORang anak kepada ORang tuanya.
  • SyaRat Menjadi Anak BeRbakti:
    Satu, lebih mengutamakan Ridha dan kesenangan kedua ORang tua daRipada Ridha diRi sendiRi, isteRi, anak, dan seluRuh manusia.
    Dua, menaati ORang tua dalam semua apa yang meReka peRintahkan dan meReka laRang baik sesuai dengan keinginan anak ataupun tidak sesuai dengan keinginan anak.
    Tiga, membeRikan untuk kedua ORang tua kita segala sesuatu yang kita ketahui bahwa hal teRsebut disukai Oleh keduanya sebelum keduanya meminta hal itu.
  • Keutamaan Menjadi Anak yang BeRbakti:
    1. TeRmasuk Amal yang Paling Allah Cintai
    2. Masuk SuRga.
    3. Panjang UmuR dan BeRtambah Rezeki.
    4. Semua Amal Shalih DiteRima dan Kesalahan-Kesalahan Diampuni
    5. Mendapatkan Ridha Allah
    6. DiteRima DOanya dan Hilangnya Kesusahan
    7. Lebih Utama DaRipada HijRah dan Jihad
    8. ORang Tua Ridha dan MendOakan
    9. Anak Kita Akan BeRbakti Kepada Kita
    10. Tidak Akan Menyesal
    11. Dipuji Banyak ORang
    12. MeRupakan Sifat PaRa Nabi

[BeRbuat Baik kepada Kedua ORang Tua]
http://yai8.org/2008/08/berbuat-baik-kepada-kedua-orang-tua/

  • Keutamaan-keutaman daRi BiRRul Walidain:
    1. Ahabul ‘amali illalahi ta’ala (amal yang paling dicintai disisi Allah SWT)
    2. Laisajaza an min waladin ila walidih (Bakti kepada ORang tua bukanlah meRupakan suatu balas budi)
    3. Al ummu hiya ahaqu suhbah (peRiORitas untuk mendapat peRlakuan yang lebih dekat daRi kedua ORang tua ialah ibu)
    4. MakRuman bi ibadatillah (BeRbakti kepada ORang tua dibaRengi dengan ibadah kepada Allah SWT).
  • UnsuR-unsuR BiRRul Walidain:
    1. Al muhaqOdhOtu alal kaul (menjaga dan memelihaRa ucapannya).
    2. KhOfdul Jannah (meRendahkan diRi kepada keduanya dengan penuh kasih sayang dan mendOakan).
    3. AttOah Almushahabah (keakRaban).
    4. SabatulbiRRi ba’da wafatihima (beRbakti kepada ORang tua setelah kedua meninggal dunia).
  • 5 hal yang haRus dijalankan seORang anak agaR beRbakti kepada ORang tua yang telah meninggal:
    1. Asshalatu ‘alaihima (beRdO’a untuk keduanya)
    2. Wal isthigfaRu lahuma (memOhOnkan ampun keduanya)
    3. Wainfadzu ahdihima (melaksanakan janji-janjinya)
    4. WaiqRamu shadiqihima (memuliakan teman-teman keduanya)
    5. WasilatuRRahimmisilati latu shallu illa bihima (silatuRRahmi kepada ORang-ORang yang tidak ada hubungan silatuRahmi kecuali melalui wasilah kedua ORang tua).

[BiRRul Walidain]
http://ummuabid.multiply.com/journal/item/16

  • BiRRul Walidain teRdiRi daRi kata biRRu dan walidain. BiRRu atau al-biRRu beRaRti kebajikan dan al-walidain aRtinya kedua ORang tua atau ibu bapak. BiRRul walidain beRaRti beRbuat baik kepada kedua ORang tua.
  • Kedudukan BiRRul walidain:
    1. Allah mewasiatkan kepada kita, manusia untuk beRbuat baik kepada kedua ORang tua (Al Ahqaaf: 25).
    2. PeRintah beRbuat baik kepada kedua ORang tua diletakkan Allah SWT di dalam Al QuR’an setelah peRintah beRibadah hanya kepada-Nya (Al BaqaRah: 83).
    3. PeRintah beRteRima kasih kepada kedua ORang tua diletakkan Allah SWT setelah peRintah beRteRima kasih kepada Allah SWT (Luqman: 14).
    4. Rasulullah SAW meletakkan biRRul walidain ini sebagai amalan nOmOR dua teRbaik setelah shalat tepat waktu (HR. Muttafaqun ‘alaihi).
    5. PeRintah beRbakti kepada kedua ORang tua didahulukan atas jihad dan hijRah (HR. Muttafaqun ‘alaihi).
    6. Rasulullah SAW meletakkan, duRhaka kepada kedua ORang tua sebagai dOsa besaR nOmOR dua setelah syiRik (HR. Muttafaqun ‘alaihi).
    7. Rasulullah SAW mengaitkan keRidhaan Allah dan kemaRahan Allah SWT dengan keRidhaan dan kemaRahan ORang tua (HR. TiRmidzi).
  • Kisah teRkait dengan ORang tua:
    1. kisah JuRaij yang hidup jauh sebelum masa Nabi Muhammad SAW yang diRiwayatkan Oleh Imam BukhaRi dan Muslim. Dimana dalam kisah teRsebut diceRitakan bahwa JuRaij sedang shOlat Sunnah dan ibunya memanggilnya.
    2. kisah sahabat Al Qamah yang mengalami kesulitan ketika menjelang sakRatul mautnya yang disebabkan ibunya tidak Ridha, kaRena sang ibu meRasa bahwa sang anak lebih mempeRhatikan sang isteRi daRipada diRinya. Dan Alhamdulillah diakhiRnya sang ibu beRkenan memaafkan anaknya, hingga akhiRnya anaknya bisa menghembuskan nafasnya yang teRakhiR dengan mengucapkan kalimat tauhid.
  • caRa agaR kita sebagai anak dapat mewujudkan biRRul walidain:
    1. Meminta izin ketika kita akan melakukan sesuatu dan mengikuti keinginan dan saRan ORang tua dalam beRbagai aspek kehidupan, baik itu masalah pendidikan, pekeRjaan, jOdOh, dan masalah-masalah lainnya.
    2. MenghORmati dan memuliakan kedua ORang tua
    3. BeRgaul dengan baik dan beRkata kepada keduanya dengan peRkataan yang lemah lembut.
    4. Tawadhu’ (Rendah hati) dan tidak bOleh sOmbOng.
    5. Membantu ORang tua secaRa fisik dan finansial.
    6. MendO’akan ibu bapak agaR dibeRikan ampunan, Rahmat, dan lain sebagainya.
    7. Setelah ORang tua meninggal, biRRul walidain masih dapat diteRuskan dengan caRa:
    a. menyelenggaRakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya
    b. melunasi hutang-hutannya
    c. melaksanakan wasiatnya
    d. meneRuskan silatuRRahmi yang dibinanya
    e. memuliakan sahabat-sahabatnya dan
    f. mendO’akannya
  • Keutamaan biRRul walidain:
    1. BiRRul walidain meRupakan amal yang paling utama.
    2. Ridha Allah beRgantung Kkepada Ridha ORang tua.
    3. BeRbakti kepada ORang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami.
    4. Diluaskan Rizki dan dipanjangkan umuR.
    5. Dimasukkan ke dalam suRga Oleh Allah SWT.

[BeRbuat Baik kepada ORangtua MeRupakan SilatuRRahim Yg Paling Utama]
http://asikin.comyr.com/index.php?option=com_content&view=article&id=124:berbuat-baik-kepada-orangtua-merupakan-silaturrahim-yg-paling-utama-&catid=47:ramadhan&Itemid=107

  • ORang mulia dan baik kepada kedua ORang tua akan selalu tahu kedudukan seRta kemuliaan ORang tua, dia meRasakan tatkala mencium tangan ibu atau bapak-nya seOlah-Olah dia beRsujud dengan Ruh dan peRasaan-nya laksana beRsujud kepada Allah, dia mendapatkan jati diRi yang sebenaRnya sebagai suatu Rahasia dalam kehidupan. Semua itu menjadi bukti penghaRgaan dan penghORmatan kepada kedua ORang tua.
  • SeORang anak wajib mencintai, menghORmati dan memelihaRa ORang tua walaupun keduanya musyRik atau beRlainan agama, keduanya beRhak untuk dibeRi kebaikan dan pemelihaRaan bukan mentaati dan mengikuti kesyRikan atau agamanya.
  • Al-BazzaR meRiwayatkan hadits daRi BuRaidah daRi bapaknya bahwa ada seORang lelaki yang sedang thawaf sambil menggendOng ibunya, lalu dia beRtanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: " Apakah dengan ini saya sudah menunaikan haknya?" Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: "Belum! Walaupun secuil".

[Berbakti Kepada Orangtua]
http://yapidh.org/home/index.php?option=com_content&view=article&catid=64:artikel&id=46:berbakti-kepada-orangtua

  • Kedudukan BeRbakti kepada ORang Tua dan keutamaannya:
    a. Penyebutannya beRsamaan dengan peRintah ibadah kepada Allah.
    b. Salah satu amal yang sangat dicintai Allah.
    c. Dia meRupakan syaRi’at Allah pada umat sebelumnya.
    d. RidhO Allah teRgantung RidhO kedua ORang tua
    e. Menambah umuR dan Rezeki
    f. Sebab dikabulkannya dO’a
    g. Sebab masuk suRga Allah
  • Ancaman DuRhaka kepada Kedua ORang Tua
    a. Dia meRupakan dOsa besaR
    b. Sebab muRkanya Allah SWT
    c. MempeRcepat siksaan di dunia
    d. DiteRimanya sumpah bapak teRhadap anaknya
    e. TeRhalangnya masuk suRga
  • GambaRan DuRhaka Kepada Kedua ORang Tua
    a. Mengatakah "ah" ketika di PeRintah
    b. BeRkata kasaR
    c. Nyumpahin kedua ORang tua
    d. Menggibahinya
    e. Mendustainya
    f. Mencacinya
    g. Membuat sebab ORang mencacinya
    h. Memukulnya dan melebihi daRi memukulnya
    i. MenguluRkan tangan untuk beRbuat jahat kepadanya
    j. BeRdOsa kepada keduanya
    k. Mencla mencle dalam menguRus uRusan kedua ORang tuanya
    l. Meninggalkan ORangtua (melepaskan diRi daRi kedua ORang tua)
  • Wasilah-wasilah beRbuat baik kepada keduanya
    a. Mentaati keduanya yang tidak maksiat kepada Allah
    b. MenghORmati keduanya
    c. MeRendahkan hati kepada keduanya
    d. Memuliakan keduanya dengan ucapan dan peRbuatan
    e. Membantunya dengan haRta
    f. Menyambung silatuRahmi
    g. MendO’akan dan memintakan ampun untuk keduanya
    h. Memenuhi janjinya
    i. Memuliakan sahabat dekat keduanya
    j. Meminta izin kepada untuk beRjihad keduanya

Untuk mendOwnlOad kumpulan aRtikel [QOTD] beRbuat baik kepada ibu-bapak" ini, silahkan klik di bawah ini:


KHAIRY ARKAN ZAID™ | خٍَيْر أَرْكَان زَيْد

bismillahhiRRahmaniRRahim

dengan menggunakan file nama2 yang cukup lengkap ini (dari nama islami, sampai yang umum), akhirnya saya mendapatkan nama yang cocok utk anak saya yang ke tiga ini..

Khairخٍَيْر : Yang baik
Arkanأَرْكَان : Pondasi, pokok
Zaidزَيْد : Yang bertambah

BER BUAT BAIK KEPADA IBU DAN BAPAK

QS. Al Ahqaaf (46) ayat 15:
Kami peRintahkan kepada manusia supaya beRbuat baik kepada dua ORang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahiRkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umuRnya sampai empat puluh tahun ia beRdOa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuRi nikmat Engkau yang telah Engkau beRikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat beRbuat amal yang saleh yang Engkau Ridhai; beRilah kebaikan kepadaku dengan (membeRi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku beRtaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku teRmasuk ORang-ORang yang beRseRah diRi."

QS. Luqman (31) ayat 14:
Dan Kami peRintahkan kepada manusia (beRbuat baik) kepada dua ORang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang beRtambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . BeRsyukuRlah kepadaKu dan kepada dua ORang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

QS. Al ‘Ankabuut (29) ayat 8:
Dan Kami wajibkan manusia (beRbuat) kebaikan kepada dua ORang ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempeRsekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabaRkan kepadamu apa yang telah kamu keRjakan.

QS. Al IsRaa’ (17) ayat 23-24:
Dan Tuhanmu telah memeRintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu beRbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seORang di antaRa keduanya atau kedua-duanya sampai beRumuR lanjut dalam pemelihaRaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya peRkataan "ah" dan janganlah kamu membentak meReka dan ucapkanlah kepada meReka peRkataan yang mulia. Dan Rendahkanlah diRimu teRhadap meReka beRdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah meReka keduanya, sebagaimana meReka beRdua telah mendidik aku waktu kecil."

QS. Al An’aam (6) ayat 151:
Katakanlah: "MaRilah kubacakan apa yang dihaRamkan atas kamu Oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempeRsekutukan sesuatu dengan Dia, beRbuat baiklah teRhadap kedua ORang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu kaRena takut kemiskinan, Kami akan membeRi Rezki kepadamu dan kepada meReka, dan janganlah kamu mendekati peRbuatan-peRbuatan yang keji, baik yang nampak di antaRanya maupun yang teRsembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang dihaRamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benaR." Demikian itu yang dipeRintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).

QS. An Nisaa’ (4) ayat 36:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempeRsekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan beRbuat baiklah kepada dua ORang ibu-bapa, kaRib-keRabat, anak-anak yatim, ORang-ORang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai ORang-ORang yang sOmbOng dan membangga-banggakan diRi.

perkembangan islam di riau

Islam (Arab: al-islām, الإسلام Bunyi dengarkan: "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama ini termasuk agama samawi (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim. Dengan lebih dari satu seperempat milyar orang pengikut di seluruh dunia [1][2], menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen.[3] Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله, Allāh).[4] Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan"[5][6], atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.

Subscribe to My Blog

Subscribe Here